Sunday 8 May 2011

ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN PELAYANAN UPT PERPUSTAKAAN STAIN SALATIGA


Oleh : Itmamudin 
A.   Pendahuluan
UPT Perpustakaan STAIN Salatiga merupakan salah satu perpustakaan perguruan tinggi agama yang berada pada naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Sejak berdiri hingga sekarang terus melakukan pengembangan diberbagai bidang. Dari mulai pengembangan sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan koleksi hingga pengembangan sistem informasi dan pelayanan perpustakaan

Pengembangan sarana prasarana di awali dengan pembangunan gedung perpustakaan pada tahun 2005 dengan luas sekitar 2000 M2 dengan 3 lantai dan memiliki kapasitas ruang baca sekitar 110 pengunjung. Kemudian pengembangan sumberdaya manusia dimulai dengan melakukan pengiriman staf perpustakaan studi lanjut baik tingkat sarjana hingga pasca sarjana di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Pengembangan koleksi perpustakaan juga dilakukan seiring dengan terus meningkatnya kunjungan ke perpustakaan. hal ini terlihat dengan terus naiknya besaran dana untuk pengadaan buku perpustakaan. Sebelum tahun 2005 pengadaan buku hanya berkisar antara 40 juta hingga 50 juta itupun tidak setiap tahun dilaksanakan pengadaan buku. Berbeda dengan setelah tahun 2005 yang rata-rata pengadaan buku sekitar 100 juta/tahun. Pada tahun 2011 direncanakan pengadaan buku sekitar 200 juta. Selain pengadaan buku melalui dana pemerintah, perpustakaan juga melakukan pengadaan buku melalui dana sumbangan mahasiswa yang di wisuda. Namun jumlahnya tidak pasti karena mengikuti jumlah mahasiswa yang di wisuda.
Pengembangan terus dilakukan oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga, tak terkecuali pengembangan sistem informasi dan pelayanan perpustakaan. Sebelum tahun 2005 sistem yang digunakan dalam melayani pengguna perpustakaan menggunakan sistem manual dan sangat konvensional. namun pada tahun 2005 UPT Perpustakaan melakukan pengembangan dengan menerapkan sistem informasi perpustakaan dengan nama SIPRUS (sistem informasi perpustakaan). Sistem  ini berbasis PHP dan MySqL sehingga aplikasinya dan operasionalnya sangat mudah dalam penggunaanya baik oleh petugas maupun pengunjung.
Selain itu SIPRUS juga dilengkapi dengan menu-menu yang sangat dibutuhkan bagi setiap bagian di perpustakaan. Dengan digunakannya sistem informasi ini di perpustakaan, tentunya sangat mempengaruhi kualitas pelayanan perpustakaan terhadap pengguna. Dari sisi waktu misalnya, seorang pengguna hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk mengetahui di mana posisi koleksi yang dicari melalui menu penelusuran.
Berpijak dari pemikiran di atas, dalam makalah ini penulis ingin menyampaikan perihal perbedaan sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan, kelebihan dan kekurangan sistem ini, dan kendala serta solusi dalam penerapanya diperpustakaan, agar dapat menjadi acuan jika ada pembaca yang ingin menerapkan sistem informasi ini di perpustakaan dan juga penyempurnaan apabila terdapat kekurangan dalam pengembangan sistem informasi ini di perpustakaan.



B.   Perbedaan sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan (SIPRUS)
Ada beberapa perbedaan yang sangat menyolok antara penggunaan sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan dalam hal pelayanan terhadap pengguna. Untuk memberikan penjelasan mengenai hal ini, penulis mencoba melakukan pembatasan masalah hanya pada tiga bagian yang ada di perpustakaan. adapun bagian-bagian yang penulis maksud adalah bagian pengadaan, pengolahan dan sirkulasi
1.   Bagian Pengadaan
Kegiatan pengadaan atau biasa disebut dengan Acquisition merupakan kegiatan mengimplementasikan keputusan dalam melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan dalam mendapatkan bahan pustaka yang telah dipilih dengan cara membeli, tukar menukar dan hadiah termasuk dalam menyelesaikan administrasinya (Yuyu Yulia, 2009 : 5.2). Dengan begitu, bagian pengadaan merupakan bagian yang sangat penting di sebuah perpustakaan. Ada atau tidaknya buku sangat tergantung pada bagian pengadaan. Biasanya bagian pengadaan mendapat pertimbangan dari TIM pengembangan koleksi dalam pengadaan buku. Bagian pengadaan juga sangat menentukan keberhasilan perpustakaan dalam menyediakan koleksi yang sesuai dengan permintaan. Oleh sebab itu, dibawah ini penulis mencoba menyajikan dua sistem yang digunakan oleh perpustakaan dalam hal pengadaan bahan pustaka.


a.    Sistem Manual
1)                                                   Data Supplier atau penerbit buku
Dibuat dalam buku besar dan biasanya petugas mmencari satu persatu daftar suplier atau penerbit buku mana yang akan kita pilih untuk pengadaan bahan pustaka.
2)                                                   Pesanan Anggota
Dibuat dalam buku besar yang diawali dengan meminta usulan dari pengguna perpustakaan melalui daftar usulan yang diberikan atau disediakan di meja layanan atau juga tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh pihak perpustakaan. kemudian usulan tersebut tersusun acak, karena  yang mengisi adalah para pengunjung perpustakaan. biasanya hanya berdasarkan urutan hari atau tanggal usulan buku.
3)                                                   Data koleksi
Data koleksi perpustakaan biasanya dibuat dalam buku besar yang digunakan untuk mengetahui buku mana yang sudah dimiliki atau dibeli oleh perpustakaan dan buku mana yang belum dimiliki oleh perpustakaan. dan cara mencari atau mengeceknya juga satu persatu, bisa model pertahun, atau juga perbulan.
b.    Sistem Informasi Perpustakaan
1)   Data Supplier
Dalam sistem ini, data suplier terlihat dalam monitor, dan berisi nama, alamat, kota, telepon, fax dan kontak yang bisa dihubungi. Kemudian semuanya bisa ditampilkan dan alfabetis dalam daftar.
2)   Pesanan Anggota
Anggota dapat menginput pesanan buku yang diinginkan untuk dibeli oleh perpustakaan di komputer yang telah disediakan oleh perpustakaan. biasanya disediakan di komputer yang digunakan untuk OPAC atau juga komputer khusus untuk melakukan input buku yang diusulkan. Bahkan untuk usulan buku dapat dilakukan dari rumah melalui internet.
3)   Data koleksi
Data koleksi di simpan dalam hardisk dan ditampilkan melalui layar monitor. Dan sewaktu-waktu dapat diakses oleh petugas untuk mengetahui buku mana yang sudah dibeli, dan mana yang belum. Dan susunannya sudah berurutan dan alfabetis. Karena sudah diindeks atau diurutkan oleh komputer.
c.    Pembahasan
1)   Data Suplier
Dari penyampaian di atas, dapat perjelas bahwa dalam sistem manual, ketika bagian pengadaan menginginkan untuk membeli buku baru, maka dia harus bekerja ekstra mencari suplier satu persatu dan ditulis satu persatu dalam buku, kemudian dicek satu persatu apakah suplier yang tertulis sudah pernah ditulis atau belum sangat kesulitan untuk mengontrolnya, hal ini sangat berbeda dengan pengadaan yang dilakukan menggunakan sistem informasi perpustakaan. ketika seorang petugas akan melakukan pengadaan buku, untuk mengetahui dan mengontrol data suplier mana yang sudah atau belum dimasukan dapat dilihat dan ditemukan kembali dengan cepat dalam monitor, sehingga pekerjaanya menjadi sangat cepat dan efektif.
2)   Pesanan Anggota
Dalam sistem manual, pesanan anggota masih berupa daftar yang ada dalam kertas, kemudian dipilah satu persatu menjadi data yang akurat dan kemudian baru diusulkan untuk dibeli atau diadakan, kemudian data itu disimpan dalam gudang, dan ketika ingin menggunakanya lagi untuk kontrol kita harus mencarinya digudang, hal ini sangat berbeda dengan pesanan anggota menggunakana sistem informasi perpustakaan, karena pesanan anggota sudah dalam bentuk daftar yang sewaktu-waktu dapat dilihat dan sudah berurutan atau alfabetis, dan juga ketika menginginkan untuk di print untuk laporan misalnya, dapat dilakukan dengan cepat dan tidak mebutuhkan waktu yang lama.
3)   Data Koleksi
Dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka, data koleksi yang dimiliki sangat berguna untuk mengetahui buku mana yang sudah dimiliki dan buku mana yang belum dimiliki. Sehingga seorang petugas dapat mengontrolnya. Coba kita bandingkan antara data koleksi manual dan data koleksi yang ada dalam sistem informasi perpustakaan, dalam sistem manual, seorang petugas yang akan mengecek koleksi yang dimiliki harus melihat satu persatu judul buku yang ada dalam daftar, dan dia harus mengingat-ingat betul apakah buku-buku yang ada dalam daftar usulan sudah dimiliki atau belum, padahal kita tahu bahwa otak manusia sangat terbatas, apalagi untuk mengingat satu persatu buku yang dimiliki, itu adalah pekerjaan yang tidak gampang, sehingga tingkat kealpaanya sangat tinggi. Hal ini sangat berbeda dengan sistem informasi perpustakaan, yang ketika petugas akan mengecek buku yang sudah dimiliki cukup dengan memasukkan kata kunci buku, maka buku yang kita cek dapat terlihat dalam monitor. Sehingga kegiatan pengadaan dapat dilakukan dengan cepat dan efesien waktu.
Di bawah ini penulis gambaran mengenai Menu Pengadaan Bahan Pustaka yang terdapat dalam sistem Informasi Perpustakaan STAIN Salatiga.
2.   Bagian Pengolahan
Kegiatan pengolahan merupakan kegiatan di perpustakaan yang bertujuan untuk melakukan pengaturan bahan pustaka yang tersedia agar dapat disimpan ditempatnya menurut susunan tertentu serta mudah ditemukan dan digunakan oleh pengguna perpustakaan (Yuyu Yulia, 2008 : 1). Kegiatan ini juga sering disebut sebagai kegiatan organisasi informasi karena mengorganisir bahan pustaka dari mulai datang, kemudian diolah dan disebarluaskan.  Dalam makalah ini penulis mengkomparasikan  tahapan-tahapan kegiatan pengolahan baik menggunakan sistem manual dan sistem informasi  perpustakaan.
·         Pembahasan
1)                                                  Stempelisasi
a)      Jenis Stempel : Stempel Inventaris, Stempel Kepemilikan
b)      Pembuatan Stempel : Lembaga Pusat, Nama Perpustakaan (Contoh : Departemen Pendidikan Nasional, SD Negeri 1 Salatiga, Perpustakaan)
c)      Tempat Pembubuhan stempel
Inventaris
Biasanya dibubuhkan di halaman yang mudah diketemukan, ataupun halaman belakang
Stempel Kepemilikan/identitas
Dibubuhkan di halaman depan dan 11, kemudian jika buku tebal dapat distempel lagi dihalaman2 tertentu dengan kelipatan tertentu sebagai ciri khas untuk menghindari tindak kejahatan pada buku

2)                                                  Inventarisasi
Dalam tahap ini, sudah mulai terlihat perbedaan antara menggunakan sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan. dalam sistem manual penginventarisan dicatat dalam buku inventaris, petugas membuat nomor urut ineventaris sendiri, sehingga seringkali terjadi kesalahan apabila petugas lupa mengingat nomor inevntaris yang terakhir. Berbeda dengan sistem informasi perpustakaan karena data buku dimasukkan atau diinput ke dalam sistem di komputer, kemudian nomor inventaris sudah dibuatkan oleh komputer, dengan sistem otomatis tidak ada yang sama antar satu buku dengan buku yang lain.
Contoh kegiatan inventarisir :
Buku Inventaris
·         Membuat Nomor Inventaris (dibuat sesempurna mungkin agar dapat menunjukkan tahun masuk, jenis pengadaan dan nomor inventaris)
Contohnya : 2010 01 000001 (Tahun, Jenis Pengadaan, Nomor Inventaris)
·         Dibuat dengan lajur memanjang
·         Isi buku inventaris
-          Tanggal Masuk
-          Nomor Inventaris
-          Judul Buku
-          Pengarang
-          Penerbit Tempat terbit dan Tahun Terbit
-          Jenis Pengadaan (Sumbangan/hadiah, Pembelian, tukar Menukar dll)
-          Keterangan
Contoh Buku Inventaris

Tgl
No Inventaris
Judul
Pengarang
Penerbit, Tempat Terbit dan Tahun
Asal Buku
Keterangan















                  
3)                                                  Klasifikasi
Kegiatan mengelompokkan bahan pustaka sesuai dengan jenisnya untuk memudahkan penyusunan dan temu kembali (Lasa HS, 2009 : 160)
Tujuannya
·         Agar Pengunjung dapat mengidentifikasi dan melokalisasi bahan pustaka
·         Untuk memudahkan petugas dalam penempatan bahan pustaka di rak



Sistem Klasifikasi
·         DDC (Dewey Decimal Classification)
·         UDC (Universal Decimal Classification)
·         LC (Library Of Conggres)
Keterangan
Dalam tahap ini, antara sistem manual dan sistem informasi perpustakaan tidak ada perbedaan.

4)                                                  Menentukan Subyek
·         Subyek Sederhana
·         Subyek Komplek
Dalam tahapan ini, antara sistem manual dan sistem informasi perpustakaan tidak terdapat perbedaan.
5)                                                  Memasukkan data buku ke dalam worksheet
Worksheet atau lembar kerja pengolahan digunakan untuk memudahkan pustakawan dalam menentukan deskripsi bibliografi/bahan pustaka.
Dalam tahap ini, bisa saja dalam sistem manual juga menggunakan tahapan ini.
Data buku yang dimasukkan dalam worksheet :
·         Daerah judul dan pengarang
·         Daerah Edisi
·         Daerah Penerbitan
·         Daerah Keterangan Fisik
·         Daerah seri Monograf
·         Daerah Catatan
·         Daerah ISBN


Contoh      
WORKSHEET PENGOLAHAN
Judul Buku            :
Judul Asli                :
No Klas                   :
ISBN                       :
THPP                 :
1HPJ                 :
Bahasa              :
Penulis Asli        :
Penerjemah       :
Penulis                      1  :                                               2 :
3                      :                                         4 :
Editor                :
Edisi-Cet                        :
Penerbit                        : Nama Penerbit :                       Kota     :
                       
Tahun Terbit      :
Subyek             :
Nama Pertemuan           :
Seri                  :
Desk. Fsk                      : Tinggi Buku :                 Ilus/Bib :                                       Halaman :
Asal Buku          :
Kateg. Buku       :
Jilid                   :
Jumlah Eks        :
Paraf


6)                                                  Input data buku
Sebenarnya, yang membedakan sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan adalah dalam tahapan ini.

·         Dalam sistem manual, lembar kerja ini dapat digunakan atau sebagai dasar untuk membuat katalog dan mengisi buku inventaris. Kelemahanya ketika petugas mencari informasi judul buku, maka harus membaca satu persatu buku inventaris atau juga nomor inventaris.

·         Dalam sistem informasi perpustakaan, data buku atau  deskripsi bibliografi yang sudah dimasukkan dalam lembar kerja, kemudian diinput ke dalam sistem informasi perpustakaan. kemudian sistem ini akan mengurutkan dan mengindeks seluruh data yang dimasukkan kedalam komputer. Dan ketika petugas menelusur atau mencoba menemukan kembali informasi, petugas cukup memasukkan kata kunci dalam komputer, dan komputer akan menampilkan seluruh data yang diinginkan. Data yang sudah ada dalam komputer ini menjadi data pokok yang akan terus menerus digunakan baik oleh bagian pengolahan (mencetak atribut buku, seperti label, barcode, kartu kembali), bagian sirkulasi (data peminjaman dan pengembalian), maupun OPAC (online public acces catalog).

7)                                                  Mencetak Atribut Buku
Ada beberapa atribut atau kelengkapan buku :
·         Label Buku (Berisi Jenis buku, Kelas, THPP, 1 huruf Judul, Urutan Kopi)



RF
100
ITM
P
C.1







·         Kartu Kembali (berisi seperti Label ditambah dengan pengarang dan judul buku)



 RF
 100
ITM                Itmamudin
  P                           Pengolahan Bahan Pustaka
 C.1

Tgl Pinjam
Tgl Kembali
Tgl Pinjam
Tgl Kembali




























·         Kantong Kartu Kembali (Jika sudah otomasi tidak diperlukan kantong)



RF
 100
ITM                Itmamudin
  P                           Pengolahan Bahan Pustaka
 C.1









8)                                                  Menempel Atribut
Setelah atribut ada atau dicetak, maka langkah selanjutnya adalah menempelkan atribut tadi ditempat yang seharusnya

9)                                                  Menyampuli Buku
Setelah buku diberikan atribut buku, maka langkah selanjutnya adalah pemberian sampul buku. Adapun tujuanya adalah untuk melindungi buku dari berbagai perusak bahan pustaka seperti jamur, hujan, lembab dan lain-lain
                  




3.          
Bagian Sirkulasi
Pada prinsipnya, sistem peminjaman manual dengan sistem peminjaman menggunakan sistem informasi sama saja. Yang membedakan adalah penggunaan komputer sebagai alat yang membantu. Dibawah ini penulis mencoba memaparkan dan membahas kegiatan-kegiatan bagian sirkulasi, dalam sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan.
1)  Keanggotaan
a)  Aktif dan tidak aktif
·         Dalam sistem manual biasanya tertulis pada kartu anggota, dan kemudian terdapat tanggal kadaluwarsanya. Sehingga ketika ingin mengetahui apakah pengguna merupakan anggota aktif atau tidak dapat dilihat dalam kartu perpustakaan.
·         Dalam sistem informasi perpustakaan pengguna aktif atau tidak hanya terlihat dalam sistem komputer, sehingga petugas tidak perlu lagi mengecek keaktifan anggota, karena begitu anggota tidak aktif komputer yang akan memberitahunya.
b)  Registrasi
Kemudian jika anggota tersebut ternyata tidak aktif status keanggotaanya, maka dilakukan registrasi. Dalam sistem manual registrasi biasanya dengan membubuhkan stempel registrasi pada kartu perpustakaan. Namun dalam sistem informasi perpustakaan registrasi dilakukan melalui sistem yang ada di dalam komputer, sehingga memproteksi segala bentuk kecurangan yang mungkin saja dilakukan oleh pengguna
2)  Transaksi buku
·         Peminjaman dan Pengembalian
Dalam sistem manual transaksi peminjaman dan pengembalian menggunakan kartu kendali, ataupun juga menggunakan buku kendali peminjaman dan juga pengembalian. Sehingga ketika pengguna ingin meminjam atau mengembalikan mereka harus menulis judul buku yang dipinjam dalam kartu kendali atau buku kendali. Sehingga transaksi menggunakan sistem manual cenderung lebih lama.
Berbeda dengan sistem informasi perpustakaan, pinjam meminjam cukup hanya dengan menyerahkan kartu anggota perpustakaan, kemudian data buku yang sudah diwakili barcode discan, dan kartu kembali di stempel dan proses peminjaman selesai. Kemudian jika proses kembali, sistem sudah menghitung semua keterlambatan pengembalian, sehingga petugas tidak perlu lagi menghitungnya, petugas hanya bertugas menyampaikan pada pengguna dan kemudian mencetak nota denda jika terjadi keterlambatan
3)  Laporan
Pada prinsipnya antara sistem manual dan sistem informasi perpustakaan dalam hal laporan sama saja. Hanya saja sistem informasi perpustakaan dalam menyajikan data lebih rinci, mudah dan cepat. Karena jika diinginkan data dapat segera diketahui, misalnya jumlah pengunjung dalam satu hari. Komputer sudah menghitung secara otomatis satu persatu pengunjung yang datang ke perpustakaan melalui data yang diinput bagian absensi.
Berbeda dengan sistem manual, karena petugas bekerja sangat ekstra untuk dapat melaporkan semua laporan yang diperlukan. Belum lagi tingkat kesalahan (human error) yang dilakukan petugas. Di bawah ini penulis menyertakan contoh beberapa laporan yang ada dalam sistem informasi perpustakaan.
a)    Peminjaman
b)   Pengembalian
c)   Keanggotaan
d)   Keterlambatan
e)   Denda

C.   Sistem Temu Kembali
Sistem temu kembali atau biasa di sebut Retreival System merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui lokasi sumber dokumen, informasi, maupun subjek secara manual maupun menggunakan teknologi informasi (Lasa HS, 2009 : 337)
Sebelum menggunakan sistem informasi perpustakaan (Siprus) UPT Perpustakaan menerapkan sistem manual, sehingga untuk temu kembali informasi mengandalkan kartu katalog, terkadang pengguna maupun petugas merasa bosan. Karena seringkali katalog yang ada dalam almari katalog tidak lengkap. Di samping itu seringkali katalog sudah dalam kondisi acak-acakan dana tidak lagi berurutan karena banyaknya orang yang mencari buku melalui katalog. Belum lagi ketidaklengkapan antara data yang ada dalam katalog dengan jumlah buku yang seharusnya.
Setelah penerapan sistem informasi perpustakaan pengguna diberi kemudahan untuk temu kembali informasi melalui katalog online, atau yang biasa disebut OPAC (Online Public Acces Catalog). Namun bukan tanpa kekurangan. Kekuranganya adalah jumlah komputer yang tersedia untuk pengunjung. Namun setidaknya sudah mempermudah akses pengguna dalam menelusur informasi dengan lebih cepat dan akurat.
Di bawah ini penulis menyertakan model penelusuran menggunakan program siprus.
      





D.   Recall dan Precission
Pendit dalam buku Perpustakaan Digital dari A-Z (2008 :257-258) Istilah recall digunakan pula dalam psikologi untuk menjelaskan proses mengingat yang dikerjakan otak manusia. Kata lain untuk recall dalam bahasa Inggris adalah remember, recollect, remind. Di bidang IR, recall berkaitan dengan kemampuan menemukan-kembali butir informasi yang sudah tersimpan. Jadi, terjemahan bebasnya mungkin adalah “penemuan-kembali”.
Precision dapat diartikan sebagai kepersisan atau kecocokan (antara permintaan informasi dengan jawaban terhadap permintaan itu). Jika seseorang mencari informasi di sebuah sistem, dan sistem menawarkan beberapa dokumen, maka kepersisan ini sebenarnya juga adalah relevansi. Artinya, seberapa persis atau cocok dokumen tersebut untuk keperluan pencari informasi, bergantung pada seberapa relevan dokumen tersebut bagi si pencari.
Recall adalah proporsi jumlah dokumen yang dapat ditemukan-kembali oleh sebuah proses pencarian di sistem IR. Rumusnya: Jumlah dokumen relevan yang ditemukan / Jumlah semua dokumen relevan di dalam koleksi. Lalu, precision adalah proporsi jumlah dokumen yang ditemukan dan dianggap relevan untuk kebutuhan si pencari informasi. Rumusnya: Jumlah dokumen relevan yang ditemukan / Jumlah semua dokumen yang ditemukan.
Dalam hal recall and precission, sistem informasi perpustakaan STAIN salatiga sangat baik. Karena menyediakan sistem pencarian dari berbagai kemungkinan. Dapat memasukan kata kunci pengarang, penerbit, tahun terbit, judul buku, kelas dan lain sebagainya. Dan komputer akan menampilkan semua yang kita panggil. Namun ketepatan hasil dari yang kita cari tergantung dari semakin spesifik kata kunci yang kita masukkan.


E.   Simpulan
1.   UPT Perpustakaan STAIN Salatiga merupakan perpustakaan yang berada dalam lembaga di bawah naungan Kementeriaan Agama Republik Indonesia.
2.   Sebagai salah satu perpustakaan perguruan tinggi, berkewajiban untuk terus mengembangkan diri baik dari segi sarana prasaran, sumber daya manusia maupun teknologi yang digunakan untuk mendukung tugas pokok dan fungsi perpustakaan.
3.   untuk mendukung semua kegiatan di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga menggunakan sistem Informasi Perpustakaan (SIPRUS) dengan harapan dapat meningkatkan kinerja para pustakawan dalam menjalankan tugasnya.
4.   Pada prinsipnya perpustakaan yang menggunakan sistem manual dengan sistem informasi perpustakaan sama saja. Target utama adalah melayani pengguna dengan sebaik-baiknya. Hanya saja perbedaanya pada tingkat kecepatan dan keakuratan data, serta kemudahan dalam akses baik oleh petugas maupun pengunjung perpustakaan.




DAFTAR PUSTAKA

Lasa Hs. 2009. Kamus Kepustakawan Indonesia. Jogjakarta : Pustaka Book Publisher.

Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital : dari A sampai Z. Jakarta : Cita Kami.

TIM Penulis PCI. 2005. Buku Petunjuk pemakaian sistem informasi perpustakaan (SIPRUS). Jogjakarta : PT. Prima Cipta Informatika.

Yulia, Yuyu dan Janti Grisnawati Sujana. 2009. Pengembangan Koleksi. Jakarta : Universitas Terbuka

Yulia, Yuyu. 2008. Pengolahan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka.


No comments:

Post a Comment