Saturday 7 May 2011

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI PUSTAKAWAN DI BAGIAN LAYANAN SIRKULASI DAN BAGIAN LAYANAN REFERENSI (Studi Kasus pada Tenaga Perpustakaan di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga)


Oleh :Itmamudin


A.    Pendahuluan
Berkunjung ke perpustakaan bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang menakutkan, karena dalam bayanganya akan bertemu dengan pustakawan yang berwajah seram, berkacamata tebal dan bersikap sangat dingin serta jika bertutur kata atau berkomunikasi dengan pemustaka sangat membingungkan. Tentu tidak semua orang berpendapat demikian, bagi sebagian yang lain berkunjung ke perpustakaan merupakan sesuatu yang menyenangkan, karena banyak hal yang dapat diperoleh di perpustakaan. Tidak hanya ilmu pengetahuan dan informasi,  namun juga teman, ataupun sahabat bahkan suami atau isteri terkadang bisa dipertemukan di perpustakaan.
Terlepas dari hal itu, yang jelas harapan pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan adalah bagaimana mereka terpenuhi baik untuk mencari berbagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan, ataupun hanya berkunjung saja untuk mengisi waktu luang, memiliki satu keinginan ketika dia dilayani di perpustakaan yaitu dilayani oleh seorang pustakawan yang ramah, sopan dan anggun. Itu merupakan harapan bagi semua orang yang berkunjung ke perpustakaan. Namun tidak sekedar itu saja, sebenarnya ada harapan lebih dari pemustaka terhadap pustakawan ketika melayani pemustaka yaitu pustakawan yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, tidak hanya ramah, sopan dan anggun saja.
Untuk mencapai tahapan itu, pustakawan harus memiliki beberapa kompetensi. Tidak hanya kompetensi dasar pustakawan yang diperoleh dari pendidikan formal, pengetahuan akan hal-hal yang berkaitan dengan teknis perpustakaan dan pemahaman terhadap tugas dan fungsi perpustakaan sebagai penyedia dan pengelola informasi saja, namun kemampuan di luar itu yaitu kemampuan berkomunikasi yang baik. Kemampuan berkomunikasi yang baik para pustakawan merupakan salah satu indikator bagaimana memenuhi kepuasan terhadap pemustaka ketika mereka berkunjung ke perpustakaan.




Berpijak dari uraian di atas, penulis mencoba mengangkat tema ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian kecil di tempat kerja penulis. Objek yang akan di teliti adalah pegawai Perpustakaan STAIN Salatiga yang dalam penelitian ini penulis sebut sebagai pustakawan. Adapun penelitian ini melibatkan mahasiswa sebagai pemustaka yang akan menilai bagaimana persepsi mereka tentang kemampuan berkomunikasi Pustakawan Perpustakaan STAIN Salatiga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka terhadap pustakawan dalam hal berkomunikasi dengan pemustaka. Penulis berharap mudah-mudahan penelitian bermanfaat bagi pustakawan sebagai salah satu motor penggerak kemajuan perpustakaan dan sekaligus menjadi ujung tombak dalam membuat kesan baik pemustaka terhadap perpustakaan.

B.     DEFINISI OPERASIONAL
Untuk memudahkan dalam memahami dan menganalisa penelitian ini, penulis menyampaikan definisi operasional mengenai topik yang penulis bahas di bawah ini:
1.      Persepsi Pemustaka
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 863) Persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Dalam Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan Maka jika digabungkan makna dari persepsi pemustaka adalah tanggapan atau penerimaan dari pengguna perpustakaan terhadap sesuatu hal
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kata pemustaka sebagai wakil dari seluruh pengunjung perpustakaan baik yang menggunakan perpustakaan, ataupun tidak menggunakan perpustakaan dalam artian hanya berkunjung saja.
2.      Kemampuan Berkomunikasi Pustakawan
Kemampuan diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, atau juga kekuatan (KBBI, 2007: 707). Sedangkan komunikasi bermakna pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang di maksud dapat dipahami (KBBI, 2007: 585). Pustakawan diartikan sebagai orang yang bergerak dalam bidang perpustakaan (KBBI, 2007: 912).
Maka kemampuan berkomunikasi pustakawan diartikan sebagai kecakapan orang yang bergerak dalam bidang perpustakaan dalam mengirimkan pesan atau menerima pesan dari sesorang. Jika mengacu pada makna tersebut maka pustakawan diartikan sangat luas, sehingga tidak ada batasan antara orang yang berpendidikan tentang perpustakaan atau tidak semuanya dapat dikatakan sebagai pustakawan. Maka dalam penelitian ini, penulis akan menyampaikan data mengenai pustakawan yang bekerja di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga, yang bekerja di bagian layanan sirkulasi dan bagian layanan referensi
            Bagian Layanan Sirkulasi :
·         Mujib Sahli, S.Ag
·         Badrudin, SE
            Bagian Layanan Referensi :
·         Wiji Suwarno, S.PdI., S.IpI., M.Hum
·         Fetria Eka Yudiana, SE., M.Si

C.    Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan exploratif dan kualitatif. Pendekatan eksploratif dipergunakan untuk mendapatkan gambaran awal yang menyeluruh mengenai pustakawan yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik menurut pemustaka di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga khususnya. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan uraian yang kaya dengan nuansa, perasaan dan pemikiran dengan topik yang diteliti (Makarim, 1997 : 36).
1.                              Populasi dan sampel
Populasi yang diteliti adalah para pemustaka di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga. Adapun sampel penelitian dipilih secara purposive yaitu sampel yang dipilih sesuai dengan pendapat atau pertimbangan peneliti (Neuman, W. Laurence, 2000 : 198). Metode ini memungkinkan penulis untuk memilih sampel, baik jenis maupun jumlahnya sesuai dengan pertimbangan penulis.
Penelitian ini mengambil sampel 48 orang pengunjung perpustakaan atau sebesar 25% dari rata-rata kunjungan perhari di bulan Januari 2011 sekitar 196 orang perhari, dan 4 orang responden sebagai sampel untuk wawancara, yang berasal dari unsur dosen, unsur karyawan dan unsur mahasiswa.

2.                              Metode Pengumpulan Data
a.    Metode Quesioner
Menurut Suharsimi Arikunto (1999:227) metode kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden. Adapun metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai persepsi pemustaka terhadap kemampuan berkomunikasi pustakawan di bagian layanan sirkulasi dan bagian layanan referensi.
Adapun jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala Likert. Kuesioner skala Likert menurut Sumanto (1995:66) merupakan instrument yang umum digunakan untuk meminta responden, agar memberikan respon terhadap beberapa statemen dengan menunjukkan apakah dia sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap tiap statemen

b.   Analisis data
Setelah penulis menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara dengan responden, kemudian data dikumpulkan dan dilakukan analisis. Untuk menganalisis data yang diperoleh melalui kuesioner, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :
P = F / N X 100%
P : persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasinya
N : Jumlah frekuensi/banyaknya responden

Setelah melakukan analisis dengan menggunakan rumus di atas, penulis membandingkan hasilnya antara kuesioner dengan wawancara. Kemudian penulis baru melakukan simpulan terhadap hasil penelitian.

c.    Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau kesimpulan sementara terhadap penelitian, yang mungkin benar atau mungkin salah. Sehingga hipotesis akan diterima jika benar dan ditolak jika salah (Sutrisno hadi:1990: 70).
Adapun dugaan sementara penulis bahwa terdapat perbedaan persepsi pemustaka terhadap kemampuan berkomunikasi pustakawan di bagian layanan sirkulasi dan pustakawan bagian layanan referensi di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga.

D.    Analisis Hasil Penelitian
Setelah penulis menyebarkan kuesioner terhadap pemustaka UPT Perpustakaan STAIN Salatiga, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proporsinya.
Dari kuesioner yang penulis sebarkan kepada 48 pemustaka, mendapatkan jawaban sebagaimana tersebut dalam tabel berikut ini :

Pernyataan
Layan Sirkulasi
Layanan Referensi
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS

1.        
Ketika saya masuk ke perpustakaan, pustakawan melayani saya dengan bahasa yang halus
5
39
4


10
33
5



2.        
Ketika saya bertanya dengan pustakawan, mereka menjawab dengan bahasa yang tidak berbelit-belit
4
34
9
1
7
30
11



3.        
Saya mengalami kesulitan mencari buku, pustakawan memberikan solusi dan menunjukkan dimana tempat buku yang dicari, dan ketika tidak ada, maka pustakawan mengarahkan harus dicari dimana
6
34
7
2
8
31
10



4.        
Ketika saya bermasalah dengan pinjaman, pustakawan merespon kesalahan saya dengan baik dan memberikan arahan apa yang harus saya lakukan
4
34
8
1
4
33
11



5.        
Ketika saya bertanya kepada pustakawan mereka menjawab dengan sikap yang ramah dan sopan
10
33
4
1
10
35
3



6.        
Ketika saya bercakap-cakap dengan pustakawan mereka menyelingi pembicaraanya dengan bercanda ringan
6
26
12
4
6
29
10
3


Dari data tersebut di atas, jika dipersentase per item tanggapan dari pemustaka terhadap pernyataan penulis yang merupakan indikator kemampuan berkomunikasi pustakawan adalah sebagai berikut :
  1. Ketika saya masuk ke perpustakaan, pustakawan melayani saya dengan bahasa yang halus
Pada pernyataan ini, tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan dibagian sirkulasi, 10,4% atau 5 pemustaka menanggapi sangat setuju, 81,3% atau 39 pemustaka menyatakan setuju, dan 8,3% atau 4 pemustaka menyatakan tidak setuju, sedangkan tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan di bagian referensi 20,8% atau 10 pemustaka menanggapi sangat setuju, 68,8% atau 33 pemustaka menyatakan setuju dan 10,4% atau sekitar 5 pemustaka menyatakan tidak setuju
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan di bagian layanan sirkulasi maupun layanan referensi dalam menggunakan bahasa yang halus dalam melayani. Terdapat selisih sekitar 10% atau 5 orang mengatakan sangat setuju, dan menyatakan tidak setuju selisih sekitar 2,1% atau 1 orang pemustaka. Jika dicermati, maka indikator penggunaan bahasa yang halus dalam melayani lebih baik pada bagian referensi.
  1. Ketika saya bertanya dengan pustakawan, mereka menjawab dengan bahasa yang tidak berbelit-belit
Pada pernyataan ini, tanggapan pemustaka terhadap pustakawan di bagian sirkulasi, 8,3% atau 4 orang pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 70,8% atau 34 pemustaka menyatakan setuju, 18,8% atau 9 pemustaka tidak setuju dan 2,1% atau 1 pemustaka menyatakan sangat tidak setuju, sedangkan tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan dibagian referensi 14,6% atau 7 pemustaka menanggapi dengan setuju, 62,5% atau 30 pemustaka menyatakan setuju dan 22,9% atau 11 menyatakan tidak setuju.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan di bagian layanan sirkulasi maupun layanan referensi dalam menggunakan bahasa yang tidak berbelit dalam melayani. Terdapat selisih sekitar 6,3% atau 3 orang mengatakan sangat setuju, menyatakan tidak setuju selisih sekitar 4,1% atau 2 orang pemustaka dan dibagian referensi tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju namun dibagian layanan sirkulasi terdapat 2,1% atau 1 pemustaka menyatakan sangat tidak setuju. Jika dicermati, maka indikator penggunaan bahasa yang tidak berbelit-belit dalam melayani pemustaka bagian referensi lebih baik.



  1. Saya mengalami kesulitan mencari buku, pustakawan memberikan solusi dan menunjukkan dimana tempat buku yang dicari, dan ketika tidak ada, maka pustakawan mengarahkan harus dicari dimana
Pada pernyataan ini, tanggapan pemustaka terhadap pustakawan di bagian sirkulasi, 12,5% atau 6 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 70,8% atau 34 pemustaka menyatakan setuju, 14,6% atau 7 pemustaka menyatakan tidak setuju dan 4,2% atau 2 pemustaka menyatakan sangat tidak setuju, sedangkan tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan dibagian referensi, 16,7% atau 8  pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 64,6% atau  31 pemustaka menyatakan setuju dan 20,8%  atau 10 pemustaka menyatakan tidak setuju.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan di bagian layanan sirkulasi maupun layanan referensi dalam melayani. Terdapat selisih sekitar 4,2% atau 2 orang mengatakan sangat setuju, pemustaka yang menyatakan tidak setuju selisih sekitar 6,2% atau 3 orang pemustaka, dan dibagian referensi tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju terhadap pustakawan, namun dibagian sirkulasi terdapat 4,2% atau 2 orang menyatakan sangat tidak setuju. Jika dicermati, maka indikator ini dalam melayani pemustaka bagian referensi lebih baik.

  1. Ketika saya bermasalah dengan pinjaman, pustakawan merespon kesalahan saya dengan baik dan memberikan arahan apa yang harus saya lakukan
Pada pernyataan ini, tanggapan pemustaka terhadap pustakawan di bagian sirkulasi, 8,3% atau 4 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 70,8%  atau 34 pemustaka setuju, 16,7% atau 8 pemustaka tidak setuju dan 2,1% atau 1 pemustaka menyatakan sangat tidak setuju, sedangkan tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan dibagian referensi, 8,3% atau 4 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 68,8% atau 33 pemustaka setuju dan 22,9% atau 11 pemustaka tidak setuju.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan di bagian layanan sirkulasi maupun layanan referensi dalam melayani. Pemustaka yang menyatakan sangat setuju tidak terdapat perbedaan, namun perbedaan terlihat pada pemustaka yang menyatakan tidak setuju terdapat 6,2 % atau 3 orang pemustaka, dan sangat tidak setuju dibagian sirkulasi terdapat 1 pemustaka, sedangkan di bagian referensi tidak ada. Jika dicermati, maka indikator ini dalam melayani pemustaka bagian referensi lebih baik.

  1. Ketika saya bertanya kepada pustakawan mereka menjawab dengan sikap yang ramah dan sopan
Pada pernyataan ini, tanggapan pemustaka terhadap pustakawan di bagian sirkulasi, 20,8% atau 10 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 68,8% atau 33 pemustaka setuju, 8,3% atau 4 pemustaka  tidak setuju dan 2,1% atau 1 pemustaka sangat tidak setuju, sedangkan tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan dibagian referensi, 20,8% atau 10 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 72,9%  atau 35 pemustaka setuju dan 6,3% atau 3 pemustaka tidak setuju
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan di bagian layanan sirkulasi maupun layanan referensi dalam melayani. Pemustaka yang menyatakan sangat setuju tidak terdapat perbedaan, namun perbedaan terlihat pada pemustaka yang menyatakan tidak setuju terdapat selisih 2 % atau 1 orang pemustaka, dan sangat tidak setuju dibagian sirkulasi terdapat 1 pemustaka, sedangkan di bagian referensi tidak ada. Jika dicermati, maka penggunaan indikator ini dalam melayani pemustaka bagian referensi lebih baik.

  1. Ketika saya bercakap-cakap dengan pustakawan mereka menyelingi pembicaraanya dengan bercanda ringan
Pada pernyataan ini, tanggapan pemustaka terhadap pustakawan di bagian sirkulasi, 12,5% atau 6 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 54,2% atau 26 pemustaka setuju, 25%  atau 12 pemustaka tidak setuju dan 8,3% atau 4 pemustaka menyatakan sangat tidak setuju, sedangkan tanggapan dari pemustaka terhadap pustakawan dibagian referensi, 12,5% atau 6 pemustaka menanggapi dengan sangat setuju, 60,4% atau 29 pemustaka setuju, 20,8% atau 10 pemustaka tidak setuju dan 6,3% atau 3 pemustaka menyatakan sangat tidak setuju
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan di bagian layanan sirkulasi maupun layanan referensi dalam menggunakan indikator ini dalam melayani. Untuk pemustaka yang menyatakan sangat setuju tidak terdapat perbedaan. Namun pemustaka yang menyatakan tidak setuju terdapat selisih sekitar 4,2 % atau 2 orang pemustaka menyatakan tidak setuju, kemudian yang menyatakan sangat tidak setuju terdapat selisih selisih sekitar 2% atau 1 orang pemustaka. Jika dicermati, maka indikator dalam melayani pemustaka pada item ini bagian referensi lebih baik.

E.     Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis perbedaan persepsi pemustaka terhadap kemampuan pustakawan dalam berkomunikasi antara pustakawan dibagian layanan sirkulasi dan pustakawan di bagian layanan referensi terbukti, dibuktikan dengan tanggapan atas pernyataan yang penulis sampaikan dalam kuesioner yang merupakan indikator dari kemampuan berkomunikasi pustakawan, meskipun terdapat juga beberapa kesamaan persepsi pemustaka terhadap pustakawan dibagian layanan sirkulasi dan pustakawan dibagian referensi.
Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pustakawan di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga, bahwa perlu ditingkatkan kemampuan para pustakawan dalam hal berkomunikasi dengan pemustaka. Sehingga ke depan para pemustaka mempepersepsikan pustakawan dengan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional.. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hadi, Sutrisno. 2008. Metodologi Reasearch. Jogjakarta:Andi Offset

Laurence, Neuman W. 2000. Social Research Methods: Qualitative and quantitative approaches. Boston : Allyn and Bacon

Lutfiati, Makarim. 1997. Perilaku informasi perempuan peneliti bidang ilmu-ilmu sosial: pola, hambatan dan kemudahanya. Depok : Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Utami, Hariyadi. 2006. “Effective Communication Assertive Librarian. Pelatihan Pustakawan Universitas Indonesia.







 


No comments:

Post a Comment