Pustakawan
dan perpustakaan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan, seperti dua
sisi mata uang, dimana ada perpustakaan, maka idealnya disitu juga
harus ada pustakawan. Namun pada kenyataanya, banyak sekali perpustakaan
yang di dalamnya tidak ada pustakawan. Sehingga perpustakaan tidak
dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Bagi
kebanyakan orang, profesi pustakawan merupakan profesi yang belum
terlalu diperhitungkan, karena kebanyakan mereka menilai sebuah profesi
diukur dengan penilaian terhadap materi. Sementara perhatian pemerintah
sendiri untuk pustakawan saat ini juga belum seperti perhatiannya kepada
profesi yang lain misalnya profesi dokter, hakim, jaksa dan profesi
lainya.
Menurut
Sutarno dalam buku perpustakaan dan masyarakat (2005 : 13) menyebutkan
ada 3 faktor yang menyebabkan perpustakaan belum dapat berkembang dan
masih belum bisa berdiri sendiri, di antaranya adalah :
· Pengelola perpustakaan
Pengelola
perpustakaan yang dimaksud adalah pustakawan sebagai penentu kemajuan
sebuah perpustakaan. Dalam hal ini pustakawan belum difungsikan
sebagaimana mestinya. Banyak perpustakaan yang justru menomorduakan
pustakawan. Hal ini dapat dilihat dalam penunjukkan pejabat di
perpustakaan dari mulai kepala sampai pada jabatan terendah, terkadang
masih banyak yang tidak menempatkan pustakawan sebagai orang nomor satu
di perpustakaan. Bahkan menempatkan pustakawan di bagian yang sama
sekali tidak sesuai dengan tupoksi pustakawan. Justru menempatkan tenaga
administrasi biasa untuk mengisi posisi tersebut, sehingga berakibat
pada tidak berjalannya tugas pokok dan fungsi perpustakaan sebagaimana
mestinya. Jika melihat hal ini, kemajuan perpustakaan hanya merupakan
sebuah keniscayaan yang tidak akan pernah terwujud. Karena pustakawan
sama sekali tidak diberikan kekuatan untuk memajukan perpustakaan. Hal
ini diibaratkan seperti prajurit yang akan menuju medan perang namun
tidak dibekali dengan senjata dan perisai, hal ini dapat di pastikan
bahwa si prajurt ini tidak akan memenangkan peperangan, mungkin malah
begitu dia sampai di medan perang dia akan langsung tertembak dan
akhirnya gugur di medan perang.
Mengapa
kita tidak mencoba belajar dari manajemen rumah sakit, bahwa untuk
menjadi seorang kepala rumah sakit dan pejabat di rumah sakit, haruslah
seorang dokter. Ini artinya bahwa pegawai administrasi biasa tidak
mungkin diangkat untuk menjadi kepala rumah sakit karena yang mengetahui
tugas pokok dan fungsi dari rumah sakit adalah seorang dokter.
Mencermati
hal tersebut di atas terkesan bahwa “pustakawan bagaikan tamu dirumah
sendiri”, hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi sebuah kemunduran di
dunia perpustakaan jika yang mengelola perpustakaan bukan ahli
perpustakaan dalam hal ini pustakawan. Karena yang mengetahui persisnya
tugas pokok dan fungsi perpustakaan adalah seorang pustakawan. Namun
itulah realita yang terjadi dalam dunia perpustakaan, sungguh
dibutuhkan kemampuan yang luar biasa untuk memajukan sebuah
perpustakaan. Karena berbagai tantangan dan rintangan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dalam perjuangan para pustakawan untuk memajukan
perpustakaan.
· Sumber informasi
Berbicara
mengenai sumber informasi disini adalah segala sesuatu yang terkait
dengan koleksi yang disediakan oleh perpustakaan sebagai material yang
dijadikan komoditas untuk dilayankan kepada pemustaka. Banyak sekali
perpustakaan yang belum memperhatikan kebutuhan para pemustaka dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan koleksi. Di sini perpustakaan
menggunakan “hak Veto” nya untuk menentukan sendiri koleksi yang akan
diadakan. Sehingga terkesan egois dalam menentukan kebijakan
pengembangan koleksi tanpa melibatkan lembaga lain dalam kegiatan ini.
Misalnya di perguruan tinggi seringkali perpustakaan hanya memaksimalkan
kerja pengelola perpustakaan dalam hal ini pustakawan untuk menentukan
judul-judul buku yang akan di adakan untuk pengembangan koleksi. Karena
keterbatasan kemampuan secara akademis para pustakawan, sehingga
mengakibatkan judul-judul buku yang dipilih tidak mengakomodir kebutuhan
pengguna.
Hal
ini sangat disayangkan, karena ketika buku terbeli dan buku itu tidak
sesuai dengan kebutuhan para pemustaka sebagai konsumen perpustakaan,
maka buku itu tidak akan pernah digunakan sebagai sumber informasi.
Di
beberapa perpustakaan perguruan tinggi ada yang sudah membentuk TIM
pengembangan koleksi dengan melibatkan berbagai elemen pengguna
perpustakaan, dari mulai tingkat fakultas, jurusan, program studi,
dosen, bahkan unsur mahasiswa. Hal ini patut di apresiasi, karena bukan
hal yang mudah untuk mempertemukan mereka dalam satu wadah yaitu tim
pengembangan koleksi. Diharapkan dengan pembentukan tim ini, kebutuhan
pengguna dapat diakomodir, sehingga tidak akan ada lagi buku yang
diadakan oleh perpustakaan tidak digunakan karena tidak sesuai dengan
kebutuhan pemustaka, kalaupun ada hal ini dapat diminimalisir, sehingga
akhirnya tidak menjadi proyek yang gagal.
· Masyarakat pengguna
kebutuhan
masyarakat akan perpustakaan belum seperti kebutuhan mereka akan
profesi yang lain. Masyarakat lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan
sosial ekonomi terlebih dahulu sebelum menjadikan perpustakaan sebagai
prioritas utama mereka. Wiji Suwarno (2010 : 46) mengatakan bahwa
perpustakaan masih merupakan keinginan (wants) dari pada kebutuhan (needs)
bagi sementara orang. Ini artinya bahwa kesadaran dan kepentingan
mereka terhadap perpustakaan sebagai sumber informasi mulai ada, mulai
menggejala dan berkembang tetapi belum menjadi prioritas yang utama.
Sedangkan disatu sisi menjadikan perpustakaan yang representatif dan
layak digunakan oleh masyarakat luas juga bukan sesuatu yang mudah dan
menjadi tantangan bagi para pustakawan sebagai motor penggerak kemajuan
perpustakaan.
Dari
ketiga hal tersebut di atas itulah yang sangat menentukan kemajuan
dunia perpustakaan. Walaupun berbagai realita yang terjadi dilapangan
seringkali tidak berpihak terhadap pustakawan, namun sebagai pustakawan
kita tidak boleh berputus asa menghadapi tantangan tersebut, justru
pustakawan harus senantiasa berusaha terus menerus tanpa merasa bosan
untuk memperjuangkan perpustakaan dan organisasi pustakawan agar di
perhatikan oleh pemerintah. Menjadi sebuah tugas rumah yang tidak ringan
untuk mencapai hal ini, namun bukan sesuatu yang mustahil jika
pustakawan bersama-sama berusaha untuk meningkatkan kemampuanya, dan
para stake holder senantiasa memperhatikan berbagai pertimbangan secara
profesional dalam menentukan kebijakan untuk perpustakaan. Wassalam dan
terimakasih
No comments:
Post a Comment