Oleh : Itmamudin
A. Pendahuluan
Sebuah lembaga sangat memerlukan manajemen, karena dengan adanya manajemen seluruh aktivitas lembaga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga seluruh elemen yang ada dalam suatu lembaga akan berusaha memfungsikan diri sesuai ketentuan lembaga tersebut. Oleh karena itu dalam proses manajemen diperlukan perencanaan, pengorganisasi, penganggaran, kepemimpinan dan pengendalian.
Sementara menurut O.R.Terry yang dikutip oleh Hadi (1990:2) menyatakan bahwa manajemen adalah usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan keahlian orang lain. Dalam hal ini Terry tidak menjelaskan unsur-unsur apa saja yang diperlukan manajemen agar dalam proses pencapaian tujuan dapat berjalan lancar.
Dalam ensiklopedi Nasional Indonesia Vol. 16 (1990:115) disebutkan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan sumber daya manusia dan sumber-sumber yang lain untuk mencapai tujuan ataupun sasaran secara efektif dan efesien. Dalam pengertian ini manajemen dikatakan baik apabila suatu organisasi/lembaga itu memiliki tujuan dan sasaran yang jelas dan diketahui oleh semua yang terlibat dalam kegiatan organisasi itu. Setelah itu disusunlah langkah-langkah untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan segala sumber daya (manusia, dana, sarana, kesempatan, sumber alam dan lain-lain) secara optimal, efesien dan efektif. Kegiatan dan elem-elemennya perlu ditata agar tidak tumpang tindih sehingga diperlukan kepemimpinan dan ppengawasan dalam pelaksanaanya.
Dalam pendefenisian manajemen terdapat kelompok yang menekankan kegiatan manajemen dana ada kelompok yang menekankan fungsi manajemen. Kelompok yang menekankan kegiatan manajemen antara lain Hein Weinrich dan Harold Kosutz (1993) menyatakan dalam management : a global perspective dinyatakan : management is the procces of designing and maintaining environment in which individuals, working together in groups, efficiency accomplish selected aims. Kelompok ini didukung oleh ahli lain seperti paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, Andrew N. Sziloggi dan bernard Keys.
Kemudian kelompok yang menekankan pada fungsi manajemen antara lain George Terry (1977) menyatakan : “Management is a distinct proses consisting of pallning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources”. Didukung juga oleh para ahli antara lain Don Heleroegel, James A.F Stones dan Donald C. Mosky
Namun dalam makalah ini, penulis tidak akan menyampaikan dan mengupas para tokoh di atas, namun penulis tertarik untuk mengangkat teori manajemen menurut Frederick W. Taylor dan Henry Fayol yang merupakan tokoh manajemen ilmiah. Keduanya merupakan sarjana teknik (Siagian, 1994:39). Frederick W. Taylor berasal dari Amerika sedangkan Henry Fayol dari Perancis. Mereka hidup pada saat terjadi revolusi industri, dimana kejadian ini membawa perubahan besar diberbagai belahan dunia, terutama eropa daratan dan amerika utara. Perubahan itu menyangkut manajemen, terutama mengenai konsep efesiensi dan efektifitas kinerja organisasi, industri dan lembaga. Pada saat itu banyak didirikian perusahaan besar yang bergerak dalam perekonomian, perindustrian, pertambangan dan perdagangan. Perkembangan ini memberikan pengaruh yang luar biasa bagi perkembangan manajemen, terutama pada manajemen sumber daya manusia. Walaupun mereka menulis dalam waktu yang hampir bersamaan, namun ide-ide mereka berbeda. Jika ide-ide F.W. Taylor didasarkan atas penelitian ilmiah, sedangkan Fayol menulis atas dasar pengalamannya bertahun-tahun sebagai seorang praktisi eksekutif. Fayol mencoba mengembangkan prinsip – prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi, dan menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Sedangkan Taylor memusatkan perhatian pada tingkat yang paling rendah dari organisasi manajemen, yaitu tingkat paling rendah dari sebuah pabrik (shop level management).
B. Konsep Manajemen Frederick W. Taylor
Frederick W. Taylor (1856-1915) dikenal sebagai “Bapak manajemen Ilmiah” menyatakan bahwa manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisis dan pemecahan masalah dalam organisasi. Taylor menerapkan cara-cara ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah di perusahaan. Dari hasil penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa prinsip yang menggantikan prinsip lama yaitu prinsip coba-coba atau yang lebih dikenal dengan sebutan trial and error. Manajemen ini merupakan usaha untuk meningkatkan produktifitas para buruh. Dia berpendapat bahwa pemborosan sering terjadi dalam kegiatan produksi karena para pekerja banyak membuang waktu yang tidak sedikit akibat kinerja yang tidak efesien. Taylor juga merupakan seorang manajer dan penasihat perusahaan.
James A.F. Stoner dalam buku manajemen (1995:34) mengatakan bahwa Frederick W. taylor mendasarkan filosofinya dalam empat prinsip untuk mencapai efisiensi sebagai berikut :
1. Pengembangan manajemen Ilmiah sebenarnya, jadi setiap metode terbaik untuk melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan
2. Seleksi ilmiah para pekerja, sehingga para pekerja akan diberi tanggung jawab yang paling cocok dengan kemampuanya
3. pendidikan dan pengembangan karyawan secara ilmiah
4. kerjasama yang baik antar manajemen dan tenaga manajemen
Taylor berpendapat bahwa untuk dapat sukses dengan prinsip ini memerlukan ‘revolusi mental yang lengkap” pada pihak manajemen dan tenaga kerja. Kdeua belah pihak jangan bertengkar mengenai lab, melainkan berusaha meningkatkan produksi. Dengan demikian dia percaya bahwa laba akan naik sampai mencapai titik yang menyebabkan tenaga kerja dan manajemen tidak perlu lagi berjuang untuk itu. Singkatnya Taylor percaya bahwa manajemen dan tenaga kerja memiliki kepentingan bersama dalam meningkatkan produktivitas.
Taylor mendasarkan sistem manajemen pada studi waktu lini produksi. Bukanya mendasarkan pada metode kerja tradisional. Dia menganalisis danmengukur waktu gerakan pekerja baja dari satu seri pekerjaan. Menggunakan studi waktu sebagai dasarnya, dia memecah setiap pekerjaanmenjadi komponen-komponennya dan mendesain metode tercepat dan paling baik untuk melaksanakan setiap komponen. Dengan cara ini dia menetapkan berapa banyak seorang pekerja harus mampu mengerjakan dengan peralatan dan material yang ada ditangan. Dia juga mendorong para majikan untuk membayar pekerja yang lebih produkstif dengan upah yang lebih tinggi dari pada yang lain, menggunakan tarif “yang tepat secara ilmiah” yang akan menguntungkan perusahaan maupun pekerja. Jadi para pekerja didorong untuk melewati standar prestasi kerjanya yang terdahulu untuk memperoleh upah yang lebih tinggi. Taylor menyebut dengan sistem tarip berbeda
Kontribusi teori manajemen ilmiah
Dalam perjalanannya perusahaan yang dijalankan oleh Taylor menghasilkan produk yang lebih cepat dari pada yang pernah dibayangkan oleh Taylor. “keajaiban” produksi ini hanya salah satu warisan dari manajemen ilmiah. Sebagai tambahan, bahwa teknik manajemen efesiensi ini telah diterapkan pada berbagai tugas dalam organisasi non industri, jasa makan siap sajisampai pelatihan untuk doklter bedah.
Keterbatasan teori manajemen ilmiah
James A.F. Stoner dalam buku manajemen (1995:34) mengatakan bahwa walaupun Taylor menyebabkan kenaikan dramatik dalam produktivitas dan upah yang lebih tinggi dalam sejumlah kasus, para peklerja dan serikat pekerja mulai menentang pendekatan taylor karena mereka takut bekerja lebih berat dan lebih cepat akan membuat lelah pekerjaan apapun, yang menyebabkan pekerja yang bersangkutan dirumahkan.
Lebih lanjut, sistem Taylor jelas berarti bahwa waktu amat penting. Para pengkritiknya menolak kondisi “mempercepat” yang diterapkan dengan tekanan secara berlebihan pada pekerja untuk berprestasi semakin lama semakin cepat. Penekanan pada produktivitas dan kalau diperluas, kemampuan menghasilkan laba membuat beberapa orang manajer mengeksploitasi perkeja dan pelanggan. Sebagai hasilnya, lebih banyak yang pekerja bergadbung dengan serikat pekerja dan dengan demikian memperkuat pola kecurigaan dan tidak mempercayai yang membayangi hubungan tenaga kerja-manajemen selama beberapa dekade.
C. Konsep Manajemen Henry Fayol
Manajemen ilmiah memikirkan cara meningkatkan produktifitas kerja di pabrik dan individu pekerja. Sedangkan teori organisasi klasik menumbuhkan kebutuhan untuk menemukan pedoman pengelolaan organisasi kompleks. Teroi organisasi klasik di sampaikan oleh Henry Fayol (1841-1925) merupakan seorang industrialis yang berasal dari perancis. Ia melihat bahwa perusahaan tambang tempatnya berkarya nyaris mengalami kehancuran karena kekurang mampuan para manajer ketika menjadi manajer puncak, masalah manajerial menjadi prioritas utama (siagian, 1994:38). Henry Fayol pada umumnya dikenal dengan penemu aliran manajemen klasik, ini bukan karena dia adalah orang pertama yang menemukan tingkah laku manajerial, namun karena dia orang pertama yang membuatnya menjadi sistematik. Fayol percaya bahwa praktek manajemen yang mantap mempunyai pola tertentu yang dapat diidentifikasi dan di analisis. Dari pemahan dasar ini dia membantu membuat rancangan untuk doktrin menajamen yang kompak, salah satu yang masih tetap memiliki kekuatan sampai saat ini.
Dengan keyakinannya dalam metode ilmiah, Fayol serupa dengan Taylor. Kalu Taylor pada dasarnya memikirkan fungsi organisasi, Fayol menitikberatkan pada total organisasi dan memusatkan pada manajemen yang menurut dia merupakan hal yang paling diabaikan dalam operasi bisnis.
Dalam hal ini dia mengemukakan prinsip manajemen antara lain :
- Pembagian kerja
Semakin seorang menjadi spesialis,semakin efesien mereka dapat mengerjakan tugasnya. Lini perakitan modern dapat menjadi contoh dalam penerapan sistem ini
- wewenang
manajer harus memberikan perintah sehingga tugas selesai. Walaupun wewenang formasl membernarkan mereka memberi perintah, manajer tidak selalu memaksa kepatuhan kecuali mereka juga mempunyai wewenang pribadi (seperti pengalaman yang relevan)
- Disiplin
Anggota dari organisasi perlu menghormati peraturan dan persetujuan yang mengatur organisasi. Bagi Fayol disiplin berasarl dari kepemimpinan yang baik pada semua tingkat dari organisasi, persetujuan yang adil,(seperti memberkali untuk menghargai prestasi superior), dan penerapan sanksi yang bijaksana bagi pelanggan
- Kesatuan Perintah
Setiap pekerja harus menerima instruksi hanya dari satu orang. Fayol percaya bahwa kalau seseorang karyawan menjadi bawahan dari beberapa orang manajer, akan terjadi konflik dalam instruksi dan kekacauan dari wewenang
- Kesatuan dalam Pengarahan
Operasi dalam organisasi yang mempunyai obyektif sama harus diarahkan hanya oelh seorang manajer menggunakan satu rencan. Misalnya departemen personalia dalam sebuah perusahaan tidak boleh mempunyai dua orang direktur, masing-masing dengan kebijakan pmerekrut yang berbeda.
- kepentingan individual dibawah kepentingan umum
dalam keadaan apapun kepentingan pribadi karyawan tidak boleh didahulukan dari kepentingan perusahaan
- balas jasa
kompensasi untuk pekerjaan yang dilakukan harus adil bagi karyawan dan majikan
- sentralisasi
mengurangi peraan bawahan dalam pembuatan keputusan adalah sentralisai, meningkatkan peranan mereka adalah desentralisasi.
Fayol percaya bahwa manajer harus mempertahankan tanggung jawab akhir, tapi pada saat yang sama harus memberikan wewenang yang cukup kepada bawahanuntuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Masalahnya adalah menemukan seberapa jauh sentralisasi dalam setiap kasus
- Rantai scalar/garis wewenang/hirarki
Garis wewenang dalam sebuah organisasi (sekaranag seringkali digambarkan dengan rapi berupa kotak-kotak dan garis dari bagan organisasi) berjalan menurut peringkat dari manajemen puncak ke tingkat paling bawah dari perusahaan.
- Susunan
Material dan orang harus berbeda ditempat yang tepat pada waktu yang tepat. Orang, terutama harus pada pekerjaan atau posisi yang paling cocok baginya.
- keadilan
manajer harus bersahabat dan adil dengan bawahanya
- stabilitas staf organisasi
banyaknya karyawan yang keluar mengungkapkan fungsi efisiensi dari sebuah organisasi
- inisiatif
bawahan harus diberi kebebasan untuk memikirkan dan melaksanakan rencana mereka walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi
- semangat korps
mempromosikan semangat tim akan memberikan rasa kesatuan pada organisasi. Bagi Fayol yang kecilpun harus membantu mengembangkan semangat. Dia menyarankan misalnya, penggunaan komunikasi verbal sebagai ganti dari komunikasi formal tertulis kalau mungkin
Dari 14 prinsip manajemen yang menurut Fayol “paling harus diterapkan”, karena sebelum Fayol para pakar pendapat bahwa manajer itu dilahirkan bukan dibentuk, tapi Fayol mengajarkan bahwa manajemen adalah suatu ketrampilan seperti yang lain, sesuatu yang yang dapat diajarkan kalau prinsip dasarnya dipahami.
D. Penutup
Demikian makalah ini saya sampaikan, mohon untuk koreksi dengan segala kekurangan yang ada dalam tulisan, agar dapat menjadi masukan yang baik bagi penulis.
Daftar pustaka
- James A.F Stoner, Manajemen Jilid 1. 1996J. akarta, Prenhalindo,
- Ensiklopedi Nasional Indonesia Vol. 16. 1990. Jakarta: PT Cerah Pustakatama
- Handoko, T Hani. 1993. Manajemen II. Yogyakarta : BPFE
- Siagian, Sondang P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
No comments:
Post a Comment