Saturday, 7 May 2011

AUTOBIOGRAFI WIJI SUWARNO


Oleh : Itmamudin

A.    Kelahiran dan masa kecil
Wiji Suwarno lahir pada tanggal 14 Juli tahun 1973 di Surakarta. Lahir dari pasangan Hadi Mulyono dan Aminah merupakan seorang penjual bakso dari daerah Bulu Kabupaten Sukoharjo. Sejak kecil kedua orang tuanya telah menanamkan jiwa kewirausahaan. Walaupun lahir di Sukoharjo namun kemudian di bawa orang tuanya hijrah ke Sukabumi hingga usia 1,5 tahun. Kemudian di bawa kembali ke Sukoharjo dan dititipkan kepada neneknya. Ini sudah menjadi kebiasaan orang dikampung ini, walaupun merantau tapi anak-anaknya ditinggal dikampung dan di asuh oleh neneknya atau kerabatnya. Tinggal di desa, aji panggilan akrabnya menjadi anak yang periang dan senang membantu neneknya dengan jalan menggembala kambing, mencari rumput dan aktifitas lain merupakan aktifitas anak-anak dimasa itu.


B.     Masa Sekolah SMP hingga SMA
Wiji dalam asuhan neneknya di desa dari sekolah kelas 1 hingga kelas 5 sekolah dasar. Kemudian orang tuanya menjemputnya untuk di bawa ke Sukabumi lagi untuk meneruskan sekolahnya di sana. Masuk ke kelas 6 di SD Bunut kota sukabumi memiliki tantangan tersendiri. Karena wiji berasal dari desa dan kebiasaanya menggunakan bahasa Jawa, maka di Sukabumi, mau tidak mau dia harus banyak belajar bahasa Sunda. Ini juga menjadi kendala yang luar biasa hingga pernah berfikir untuk tidak melanjutkan sekolah karena masalah bahasa ini. Namun karena dorongan dari orang tuanya akhirnya wiji kecil dapat lulus sekolah dasar pada tahun 1986.
Kemudian pada tahun itu juga wiji meneruskan sekolah di SMP N 7 Sukabumi. Yang menarik, pada saat sekolah SMP, Wiji kecil tidak hanya bersekolah. Namun selepas pulang sekolah, wiji kecil berjualan rokok dan berdagang asongan di terminal. Namun ini tidak menjadikanya menjadi anaka yang urakan dan lemah dalam mata pelajaran. Namun hebatnya selama sekolah di SMP N 7 Sukabumi, Wiji kecil selalu menjadi ranking 1 di kelasya dari kelas 1 hingga lulus SMP pada tahun 1989.
Selepas SMP, Wiji kecil melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, karena nilai yang dimiliki lumayan bagus, dia diterima di SMA 2 Sukabumi. Namun kebiasaanya berjualan asongan tidak lagi dia jalani, namun berganti dengan profesi lain yaitu ikut membantu berjualan bakso milik salah satu kerabatnya. Walaupun kesibukannya membantu berjualan bakso namun aktifitas kokurikuler di sekolah seperti kegiatan OSIS, pramuka dan olahraga tidak pernah ditinggalkanya. Dalam keseharianya, wiji kecil merupakan sosok yang penuh kesederhanaa. Tidak pernah mengeluh sekalipun beban berat ada dipundaknya. Hal ini juga terlihat pada saat berangkat sekolah Wiji kecil jarang sekali naik angkot, sekalipun dia memiliki uang. Padahal jarak yang ditempuh dengan jalan kaki sekitar 1 jam perjalanan. Kondisi seperti ini dia jalani hingga lulus SMA pada tahun 1992.

C.    Berpindah ke Palembang untuk berdagang
Setelah lulus dari bangku sekolah menengah atas (SMA), dia tidak melanjutkan kuliah, namun memilih hijrah dari Sukabumi ke Palembang untuk berjualan bakso. Bukan karena tidak ingin melanjutkan, namun karena kondisi keuangan orang tua yang membuatnya memilih jalan itu. Walaupun dalam hatinya terselip keinginan untuk melanjutkan studinya. Beberapa tahun berjalan, profesi sebagai pedagang bakso tetap dijalaninya. Sebuah profesi yang bagi sebagian orang merupakan pekerjaan yang sangat berat apalagi dalam usia semuda itu. Namun justru dari menggeluti profesi ini, dia dipeprtemukan dengan para pelanggan yang rata-rata mahasiswa, dosen dan karyawan sebuah perguruan tinggi. Hal ini menjadikan keinginannya untuk studi lalnjut yang dulu sempat terpendam tumbuh kembali. Hingga akhirnya  dia memutuskan untuk hijrah ke Kota Solo tempatnya dilahirkan untuk menimba ilmu. Adapun ilmu yang di dalami adalah ilmu komputer yang kemudian membawanya menjadi seorang pengajar di tempat tersebut.

D.    Mencoba Peruntungan menjadi Pegawai Jasa Kereta Api (PJKA) sekarang Perumka.
Menjadi pedagang bakso menjadikanya kenal dengan berbagai kalangan hingga suatu ketika dia bertemu dengan teman yang mengajaknya untuk mengikuti seleksi pengadaan pegawai PJKA pada tahun 1994. seleksi demi seleksi dia ikuti hingga tahap akhir dan tinggal menunggu pengumuman kelulusan tes CPNS namun takdir ternyata belum memberinya jalan sebagai seorang PNS, karena ternyata di papan pengumuman tidak ada namanya. Sehingga dia dinyatakan tidak lulus ujian tes CPNS.

E.     Masa Studi di perguruan tinggi
Menjadi seorang pengajar di sebuah lembaga pendidikan komputer tak membuatnya merasa cukup, kemudian bertemulah dia dengan Iffonilla Yenianti, yang sekarang menjadi teman hidupnya. Pertemuan itu membawa dirinya untuk melanjutkana studi di STAIN Salatiga Program D II PGK MI pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2001. Pada saat studi di STAIN Salatiga, karena berbagai keterbatasan financial, maka dia mencoba untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan sebagai penjual asongan di bis-bis antar kota dan terkadang mengamen.

F.     Perjalanan karir
Perjalanan karir Wiji tak berjjalan mulus seperti kebanyakan teman seangkatan. Berbekal ijazah SMA di mencoba peruntungan mengikuti sebuah ujian pengangkatan tenaga honorer di STAIN Salatiga tempatnya menimba ilmu. Sambil bekerja dia juga melanjutkan kuliah di tempat dimana dia bekerja.
Tiga tahun mengabdi sebagai tenaga honorer, akhirnya mendapat dia mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian cpns di tempat dia bekerja dan akhirnya diterima menjadi seorang PNS di STAIN Salatiga pada tahun 2005. Selang setahun kemudian dia diberi kesempatan studi lanjut sarjana ilmu perpustakaan di Yarsi dan selesai pada tahun 2007.
Menempuh pendidikan di Jakarta membuatnya bertemu dengan banyak teman dan relasi, dan kemudian pada tahun 2007 melanjutkan studi lanjut program pasca sarjana di Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 2009.
Setelah lulus dari Program Pasca Sarjana Wiji kembali ke Salatiga untuk mengabdikan diri setelah menempuh kuliah selama 3 tahun di Jakarta. Dan mengajukan sebagai tenaga pustakawan pada tahun 2010 hingga sekarang. Selain sebagai seorang pustakawan, dia juga menjadi salah satu staf pengajar di Universitas Diponegoro Jurusan Ilmu perpustakaan sejak tahun 2009 hingga sekarang.

G.    Jiwa menulis
Jiwa menulisnya sebenarnya sudah di asah dari sejak dibangku SMA, namun tulisan itu berupa puisi, lagu dan juga artikel-artikel di koran sekolah, majalah pelajar dan majalah dinding.
Kemudian lebih intens menulis sejak lulus dari bangku kuliah sarjana di STAIN Salatiga. Adapun karya-karyanya adalah sebagai berikut :
Artikel Koran
  • Kerukunan dalam keragaman
  • Cinta dan salam
  • Menjaga lisan
  • Zikir


Majalah
-          Pergerseran paradigma perpustakaan
-          Peran penting otomasi perpustakaan sekolah
-          Perpustakaan dan buku
-          Memasyarakatkan perpustakaan

Jurnal
  •  Pembangunan ekonomi ummat via manajemen syariah
  • Perpustakaan dua muka (sebuah kekuatan jasa)

 Buku
  • Ilmu Pendidikan
  • Dasar-dasar ilmu perpustakaan
  • Psikologi perpustakaan
  • Ilmu perpustakaan dan kode etik pustakawan
  • Pengetahuan dasar kepustakaan: sisi penting perpustakaan dan pustakawan

H.    Penutup
Demikian sepenggal kisah perjalan seorang pustakawan yang kini bekerja di UPT Perpustakaan STAIN Salatiga di bagian referensi. Mudah-mudahan biografi ini bermanfaat bagi kita semua…amin

1 comment:

  1. sangat terharu setelah membaca autobiografinya pak Wiji..salut buat pak Wiji. Semoga kisah beliau dapat menjadi contoh bagi perjalanan saya,amin..

    ReplyDelete